HaRuS jAtUh CiNtA dEnGaN MeNgHaFaL ALQURAN
saya teringat kutipan
dari sebuah buku
“mengubah paradigma,bahwa menghafal(al-qur'an) bukan lagi
sebuah beban dan sesuatu yang eksklusif melainkan ibadah yang sangat urgen dan
menyenangkan” >buku 'cara
cerdas hafal al-qur'an'<
Jadi,
terus semangat menghafal!!!!!
Jangan
beban, jangan juga asal-asalan
menghafal harus dibuat menyenangkan plus keren, lillahita’ala...
menghafal harus dibuat menyenangkan plus keren, lillahita’ala...
Yuk
menghafal ALQURAN!
Lantas,
apa aja tips-tips menghafal AL-QURAN? Berikut ini tips yang saya kutip dari
saudara Falah Abu Ghuddah
Menghafal Al-Qur’an selalu menjadi
idaman setiap Muslim, ia juga selalu menjadi batu pertama dalam menempuh
perjalanan menuntut ilmu para ulama-ulama kita. Hal ini bisa kita temukan
dalam setiap biografi para pewaris Nabi ini. Di sisi lain, menghafal Al-Qur’an
juga menjadi salah satu bagian terpenting dalam berinteraksi dengan kitab
pusaka umat Islam, Al-Qur’an.
Banyak sudah tulisan yang memuat trik
dan tips menghafal Al-Qur’an, mulai dari zaman para Salafus Shaleh
sampai sekarang. Namun ada berapa poin yang kadang kurang dipahami oleh para
penghafal Al-Qur’an, ada yang lebih mendahulukan poin-poin sekunder dibanding
yang primer, begitu pula ada yang lalai terhadap hal-hal yang primer padahal
itu adalah poin yang harus dimiliki oleh para penghafal Al-Qur’an.
Ada sebuah buku (minibook)
menarik yang dikarang oleh salah satu penulis produktif di Mesir, DR Rajib
Sirjani. Dalam bukunya Kaifa Tahfadzul Qur’an ia membahas hal-hal yang
harus diperhatikan oleh para penghafal Al-Qur’an. Secara garis besar ia membuat
dua pembahasan. Pembahasan pertama tentang tips-tips yang bersifat primer (asasiyah)
dan tips kedua bersifat sekunder (musa’idah). Dan dalam setiap
pembahasan tips ada sepuluh poin yang harus diperhatikan.
TIPS-TIPS PRIMER (ASASIYAH).
Tips ini harus dimiliki oleh para
penghafal Al-Qur’an karena menjadi hal yang sangat mendasar selama
menghafal. Ada sepuluh poin yang harus dimiliki oleh para penghafal
Al-Qur’an baik sebelum, sesudah atau selama ia menjalani proses menghafal
Al-Qur’an.
Inilah sepuluh tips primer (asasiyah)
menghafal Al-Qur'an:
1. Ikhlas
Ikhlas merupakan fondasi terpenting
dalam setiap pekerjaan. Hal ini disebabkan karena siapa saja yang melakukan
sebuah pekerjaan bukan karena mengharap ridha Allah maka pekerjaannya akan
sia-sia saja. Ia juga akan menjadi orang yang pertama kali disidang pada hari
kiamat.
Sebuah hadits dari Imam Hakim
menerangkan bahwa orang yang menghafal Al-Qur’an terbagi menjadi tiga golongan;
golongan yang ingin pamer, golongan yang ingin mencari makan dari hafalannya
dan golongan yang memang murni karena Allah.
Ketika kita tidak bisa ikhlas secara
utuh maka kita bisa menggunakan alternatif pembantu yaitu dengan memperbanyak
niat yang baik seperti niat dapat memperbanyak baca Al-Qur’an, bisa bertahajjud
sambil mengulang hafalan, berharap bisa meraih kemuliaan orang yang menghafal Al-Qur’an,
berharap agar orang tua kita dapat diberikan mahkota pada hari kiamat, agar
terjauh dari azab akhirat, agar dapat mengajarkannya kembali pada orang lain,
agar dapat menjadi suri tauladan baik bagi orang Muslim atau yang non-Muslim
atau niat-niat baik yang lainnya. Yang penting kita berniat karena Allah dan
bukan karena dunia.
2. Keinginan yang kuat
Menghafal Al-Qur’an adalah sebuah
pekerjaan yang amat mulia maka hanya orang yang benar-benar mempunyai niat yang
kuatlah yang dapat mencapainya. Pekerjaan yang hebat hanya dimiliki oleh
orang-orang yang hebat pula. Sama halnya ketika seluruh orang ingin masuk
surga, apakah seluruh orang itu benar-benar memiliki tekad yang kuat untuk
mencapainya, ternyata tidak, hanya segelintir orang bukan!
Keinginan yang kuat ini terpancar dari
usaha yang ia lakukan untuk mencapainya. Dari usaha yang terus menerus inilah
yang akan membuatnya menjadi sebuah kebiasaan. Dan dari kebiasaan inilah yang
membuatnya terus menerus menghafal, mengulang dan mematangkan hafalannya.
3. Mengetahui nilai menghafal Al-Qur’an
Orang yang mengetahui nilai sesuatu
pasti akan berkorban apapun untuk meraihnya. Kalau manusia biasanya selalu
mencurahkan seluruh usaha untuk mendapatkan hal-hal yang bersifat duniawi lalu
kenapa ia tidak melakukan hal yang sama untuk mencapai tujuan akhiratnya yang
kekal.
Ketika kita mengetahui nilai pekerjaan
yang kita lakukan maka kita akan semakin rindu untuk melakukannya. Ditambah
lagi, orang yang mengetahui nilai suatu pekerjaan tidak sama dengan yang tidak
mengetahuinya. Dan orang yang mengetahuinya secara global tentu tidak sama
dengan yang mengetahuinya secara terperinci. Maka semakin kita mengetahui nilai
pekerjaan itu lebih terperinci tentu akan membuat kita semakin berpacu
untuk menggapainya.
Ada banyak kelebihan dan keutamaan bagi
orang yang menghafal Al-Qur’an baik dalam Al-Qur’an itu sendiri atau hadits
Nabi. Kita juga bisa menemukannya dalam beberapa literatur baik yang berbahasa
Arab seperti At-tibyan fi adabi hamalatil Qur’an karya Imam Nawawi atau
yang berbahasa Indonesia.
4. Mengamalkan apa yang ia hafal
Poin ini menjadi poin terpenting dari
tujuan menghafal Al-Qur’an. Karena hafal semata tidak akan menghasilkan nilai
yang berarti tanpa dibarengi dengan praktik realita. Hal inipun sudah
disinggung oleh Anas bin Malik; berapa banyak orang yang membaca Al-Qur’an
namun Al-Qur’an malah melaknatnya.
Metode inilah yang digunakan oleh para
generasi terbaik, generasi sahabat. Umar bin Khatthab telah mengajarkan
kita metode yang tokcer dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an, ia
tidak pernah menghafal sesuatu kecuali ia telah mengamalkannya dan ia akan
pindah ke hafalan berikutnya setelah ia mengamalkannya dan begitu seterusnya.
Ali bin Abi Thalib juga pernah
memprediksi bahwa nanti suatu saat akan ada sebuah kaum yang ilmu mereka tidak
lebih dari kerongkongan saja karena apa yang mereka lakukan berbeda dengan apa
yang mereka ketahui. Bukankah orang yang mengamalkan apa yang ia tahu akan
Allah berikan padanya hal-hal yang belum ia tahu.
5. Meninggalkan dosa dan maksiat
Hati yang sering berbuat maksiat tidak
akan bisa menampung cahaya Al-Qur’an. Semakin ia bermaksiat maka akan
mempengaruhi hatinya. Ketika hatinya semakin keruh maka lemahlah kemampuannya
dalam menghafal Al-Qur’an yang suci. Karena dosa ibarat sebuah titik,
semakin banyak ia bermaksiat dan berdosa maka akan semakin banyaklah titik
hitam dalam hatinya, namun ia bisa dihapus dengan bertaubat dan memperbanyak
istighfar.
Imam Syafi’i juga pernah mengalami hal
ini kemudian bertanya kepada Imam Waqi’ yang akhirnya beliau membuat dua syair
yang sangat terkenal, Syi’ir Syakautu ila Waqi’. Seorang Tabi’in (Dohhak
bin Mazahim) pernah berkata tak ada seorang pun yang belajar Al-Qur’an kemudian
ia lupa kecuali karena dosa yang ia perbuat. Dan melupakan Al-Qur’an termasuk
musibah terbesar.
6. Berdoa
Berdoa merupakan senjata orang Islam.
Karena ia yakin bahwa tidak ada yang sia-sia dari doanya, ia selalu yakin bahwa
Allah selalu mengabulkan doa mereka baik secara langsung, ditunda waktunya atau
diganti dengan yang lebih baik.
Ada beberapa waktu yang tepat dalam
berdoa seperti waktu sahur, usai shalat, sepuluh akhir Ramadhan, apalagi ketika
kita sendiri dalam keheningan malam, ketika hujan, dalam perjalanan dan
lain-lain. Selain itu ada beberapa tempat yang dapat mempercepat terkabulnya
doa kita seperti di tanah haram (Mekkah dan Medinah), Hajar Aswad, Ka’bah,
Raudhah dan lain-lain.
7. Pemahaman yang benar
Orang yang paham arti apa yang ia hafal
akan lebih mudah menghafalnya dibanding mereka yang tidak paham. Dalam membantu
pemahaman, kita bisa menggunakan beberapa alternatif seperti Al-Qur’an
terjemah, tafsir yang simple atau yang lebih terperinci kajiannya.
8. Membaca dengan tajwid
Membaca Al-Qur’an dengan tajwid akan
sangat membantu hafalan. Orang yang menghafal tanpa tajwid akan sangat sulit
untuk dibenarkan ketika ia sudah selesai menghafal karena ia sudah terbiasa
membaca dengan bacaannya yang salah. Apalagi orang yang membaca dengan tajwid
ternyata mendapat pahala yang lebih besar.
Yang harus diperhatikan dalam belajar
tajwid adalah harus mengambil dari seorang guru yang sudah mantap hafalan dan
bacaannya, dan tidak cukup belajar dari buku saja. Setelah belajar dari seorang
guru yang hebat mungkin dia bisa menggunakan sarana pembantu seperti mendengar
dari kaset atau komputer dan lain-lain.
9. Terus membaca Al-Qur’an
Orang yang sering membaca Al-Qur’an
akan lebih banyak mendapat pahala dan di sisi lain hal itu akan mempermudah dan
memperkuat hafalannya. Karena terus menerus membaca Al-Quran akan memindahkan
daya ingatannya dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang.
Biasanya para sahabat menghatamkan
Al-Qur’an dalam seminggu. Hanya sebagian yang kurang dari itu dan hanya sebagian
kecil yang lebih dari itu.
10. Membaca dalam shalat
Bagi yang
berkesempatan menjadi imam maka ia dapat langsung mengulang hafalannya. Namun
bagi yang tidak menjadi imam ia dapat melakukannya ketika shalat malam, usai
shalat isya, shalat dhuha atau shalat sunnah lainnya.
SEMANGAT MENJADI HUFADZ!!!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar